Langsung ke konten utama

Manifestasi yang Tak Kusadari: Dari Update Status Ingin Ngeblog Hingga Beneran Punya Blog

Thumbnail artikel Manifestasi yang Tak Kusadari, seorang perempuan Indonesia duduk di depan laptop sambil minum kopi, tersenyum mengenang impiannya menjadi blogger.


Sudah lama rasanya aku tidak memperbarui tulisan di blog ini.

Kebetulan malam ini aku sedang libur kerja, dan akhirnya mencoba kembali duduk menulis di sini. Anak-anak, tumben sekali, sudah tidur sejak tadi. Mungkin karena ini hari Senin yang cukup melelahkan buat si Kakak dan si Adek — hingga malam ini yang menemani hanyalah suara dengkur lelah mereka, bersahut-sahutan seperti lagu nina bobo yang menenangkan hehehe...

Dan aku, ditemani secangkir kopi yang sudah mulai mendingin, kembali membuka laptop seperti biasa: membuka tab-tab yang mungkin hanya aku sendiri yang paham — folder tulisan, dashboard blog, dan entah kenapa, malam ini aku terdorong untuk membuka arsip foto dan postingan lama di Facebook.

Setelah beberapa saat scrolling, akhirnya aku sampai di batas akhir arsip — dan ketemulah sebuah update status di akun facebookku dari tahun 2013. Sepertinya ini adalah postingan pertamaku di media sosial itu.
"Pengen ngeblog tapi gak punya PC." Begitulah bunyi pembaruan statusku tertanggal 1 Juni 2013 kala itu.

Tangkapan layar arsip postingan facebook yohana gunarti 1 juni 2013


Aku tersenyum kecil membaca status itu. Bahkan sempat senyum-senyum sendiri mengingat betapa ringannya aku dulu dalam menggunakan media sosial. Gumamku dalam hati, “Apasih ini… receh banget.” 😁

Ya, Dulu.., main Facebook itu rasanya asik banget, benar-benar buat hiburan. Postingan ringan, komentar receh, candaan spontan yang sering bikin ngakak sendiri. Semua terasa tanpa beban. Rasanya beda sekali dengan sekarang_ketika media sosial sudah menjadi bagian dari pekerjaan, personal branding, dan strategi konten.

Sekarang, update status bisa terasa seperti beban. Harus mikirin konten, mikirin engagement, mikirin algoritma. Apa yang harus diposting pagi, siang, malam. Kadang kehilangan momen jujur karena sibuk mikirin angka. Kalau kamu penasaran, aku pernah curhat soal ini di artikel lain di blog ini, juga di halaman Facebook-ku Diari Gunarti.

Baiklah, aku akan lanjutkan ceritaku tentang arsip lama itu. Aku baru sadar bahwa ternyata keinginanku untuk ngeblog sudah muncul sejak 12 tahun lalu, di tahun 2013.

Saat itu, aku hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa, sedang menikmati masa-masa menjaga dua balita yang sedang aktif dan lucu-lucunya. Seorang perempuan tomboy yang kini menyandang status istri dan ibu — yang saat itu sedang antusias banget mencoba aneka resep kue dan masakan dari hasil berselancar di internet. Bahkan sempat nyambi bikin dan jualan kue ulang tahun karakter serta kue-kue hias yang sedang booming kala itu, sekadar untuk mengisi waktu luang... syukur-syukur bisa bantu suami menambah uang jajan anak-anak.

Aku masih ingat bagaimana antusiasnya aku ketika itu. Saking semangatnya, aku sering rela begadang sampai larut malam bahkan menjelang pagi, demi menyelesaikan kue-kue pesanan customer.

Untuk menambah wawasan dan referensi, aku aktif mencari resep dan tips lewat milis dan blog. Dari sanalah aku mengenal para foodie blogger — ibu-ibu yang bisa masak, bikin kue, sekaligus membagikan pengalaman dan kue-kue buatannya di blog.

Jujur, aku kagum dengan mereka.

Bagiku mereka itu keren: bisa berbagi resep, cerita keluarga, hingga membangun personal branding hanya dari balik layar komputer/PC.

Aku ingin seperti mereka.
Tapi... aku tak punya perangkatnya.
Tak tahu caranya.
Tak punya mentor.

Itulah pikiran-pikiran yang muncul dalam benakku waktu itu. Tapi... satu hal yang selalu aku punya: Impian dan Keinginan.


Manifestasi yang Tak Pernah Kusadari

Waktu itu aku belum mengenal istilah Hukum Manifestasi,  Law of Assumption atau bahkan tentang Hukum Afirmasi”. Yang aku tahu hanyalah: Aku ingin, itu saja. Lalu, membiarkan keinginan itu berlalu begitu saja, meski sebenarnya keinginan itu tak pernah benar-benar padam, bahkan di saat dunia sering menertawakan keinginanku dan menganggapku halu, tidak realistis, kadang aku juga mendengar berbagai komentar dengan nada nyinyir, "Buat apa nge blog, apa yang di dapat dengan ngeblog?" dan sebagainya

Dan lucunya lagi, aku tidak pernah menuliskan keinginanku dalam jurnal secara khusus apalagi ngotot berteriak kepada semesta agar segera mewujudkan keinginan itu. Aku hanya membayangkan dan percaya bisa punya blog yang kubangun dari hati, aku duduk sendiri di tengah malam yang sunyi, mengetik di laptop sambil ngopi, membagikan pengalaman, dan kisahku meraih mimpi, dan mempercayai, entah bagaimana caranya dan apapun jalannya, itu akan terjadi suatu hari nanti. 

Kini...setelah impian itu terwujud_aku punya laptop, bisa membuat beberapa blog dan menulis disana, aku baru mengerti bahwa itulah yang disebut manifestasi dan afirmasi paling murni . Bukan hasil dari repetisi kata-kata yang aku hafalkan setiap hari, bukan dengan menerapkan praktik hukum Manifestasi atau hukum afirmasi yang belakangan ini baru aku ketahui, tetapi dari getaran keyakinan batin yang konsisten, tenang, dan penuh percaya_ bahkan tanpa kusadari.


Bertahun-tahun Berlalu, Akhirnya Manifestasi itu Menjadi Nyata

Aku tak ingat pasti, kapan pertama kali mulai menulis secara digital. Mungkin bermula dari kebiasaan menulis caption panjang di Facebook, lalu berlanjut ke status-status pendek yang diam-diam berisi curahan hati.

Kalau kalian penasaran, kalian bisa membaca artikel Tentang Tulisanku. Di sana, aku menuliskan kisah perjalananku membangun blog—dari hanya sebuah mimpi menjadi ruang nyata.

Dari situlah segalanya perlahan tumbuh. Semesta mulai membuka jalan. Aku akhirnya bisa punya laptop sendiri, walaupun awalnya harus pinjam dulu dari teman dan saudara. Bahkan, peristiwa kebangkrutan usaha yang aku alami, seolah menyadarkan aku bahwa secara tidak langsung itu menjadi sebuah jembatan peristiwa menuju terwujudnya impian dan keinginanku untuk mempunyai sebuah blog. Ya, ketika aku bangkrut, aku seperti kehilangan arah dan tidak tahu harus apa dan bagaimana. Yang aku tahu aku punya waktu malam yang panjang dan sunyi untuk menulis. Dari situ aku mulai belajar sedikit demi sedikit tentang dunia blogging, platform-platformnya, dan cara kerjanya.

Kini, ketika membaca kembali arsip-arsip postingan lamaku, aku tersentak... ternyata aku benar-benar telah mewujudkan keinginan lamaku, tanpa pernah benar-benar menyadarinya.

Sekarang blog itu benar-benar ada. Namanya Diari Gunarti. Sebuah ruang kecil yang kutata perlahan, bukan sekadar tempat berbagi resep atau promosi. Tapi ruang di mana aku bisa bercerita... tentang hidup, tentang jatuh bangun, tentang menjadi perempuan biasa yang masih terus belajar mewujudkan semua mimpinya—meskipun dunia kadang menganggap mimpinya terlalu tak biasa.


Blog Ini Bukan Halusinasi, Tapi Intuisi

Kenapa aku berani mengatakan bahwa blog ini bukan sekadar halusinasi? Karena inilah intuisiku.

Mari aku ulas sedikit:
Halusinasi — atau yang sering disebut "halu" — adalah membayangkan sesuatu yang tidak nyata.
Sementara intuisi adalah suara dari dalam hati yang paling jujur, yang muncul tanpa diminta, tapi sulit diabaikan.

Kadang, orang mengira…
Menjadi blogger di usia dewasa,
Dengan status janda,
Hanya tamatan sekolah menengah,
Dan suka menulis dari pojok kamar kecil…
Adalah bentuk kehaluan.

Tapi bagiku, ini bukan halu.
Ini intuisi.

Blog ini bukan pelarian.
Ini panggilan.

Karena jauh di dalam diriku yang paling sunyi, aku tahu:

  • Aku senang menulis.

  • Aku suka berbagi.

  • Dan aku ingin meninggalkan jejak yang jujur.

Blog ini bukan sekadar proyek iseng demi uang_karena dari pertama aku membangun blog ini, aku sama sekali belum pernah menghasilkan uang, dan aku masih setia menulis, meski masih kurang konsisten. Blog ini bagiku bukan sekedar tempat untuk menulis secara digital, tetapi ini adalah ruang jiwa_tempat aku belajar menerima, berdamai, dan tumbuh.


Ruang Ini Akan Terus Aku Rawat

Dari blog ini, aku ingin menulis banyak hal:

  • Tentang masa lalu yang mengajarkanku bertahan.

  • Tentang kisah-kisah yang mungkin inspiratif berdasarkan pengalaman

  • Tentang suka duka membangun sebuah blog, hingga berbagi resep-resep sederhana yang dulu jadi andalan dapurku.

Dan melalui artikel ini, aku ingin kamu_para pembaca blog ini, tahu:
Setiap impian kecilmu itu valid. Jangan abaikan. Kamu mungkin tidak langsung tahu bagaimana caranya seperti apa jalannya. Kamu cukup tahu bahwa kamu ingin ke mana. Dan percayalah...

Mungkin caranya tidak seperti sulap atau sihir dalam kisah dongeng 1001 malam. Mungkin pelan tapi pasti semesta, waktu, dan kerja kerasmu akan membawamu ke sana_menuju impian itu.


Terima Kasih, Diriku yang Dulu...

Aku masih ingat perempuan itu...
Perempuan yang sering menghabiskan waktunya sendirian dengan segudang lamunan, kadang ditemani secangkir kopi dan rokok di tangan, sebuah smartphone atau selembar kertas kosong dan pena tempat dia mencurahkan semua isi hati dan pikirannya. Beberapa di antaranya tertulis di beranda sosial media.

Itu aku, 12 tahun lalu.

Kadang hanya diam memandangi anak-anak dan Paksu yang sudah tertidur pulas. Sementara aku_yang dari dulu memang sulit tidur di malam hari alias mengidap gangguan insomnia, sering menghabiskan waktu memandangi layar handphone, berselancar di internet, kadang tak tau apa yang aku cari disana, di dunia maya yang terasa terlalu luas… namun terasa begitu sempit di bagian hatinya.

Tak ada yang tahu betapa beratnya malam-malam panjang yang kujalani dalam diam. Mungkin mereka pikir aku kuat, aku bisa melewati semuanya sendirian. Nyatanya, aku cuma pandai menyembunyikan semua impian dan segunung ketakutan serta keraguan yang tak berani kuucapkan.

Tapi di tengah kesunyian itu, tiba-tiba ada satu bisikan kecil dalam hati: "Seandainya aku punya sebuah ruang untuk menulis seperti mereka." Hanya itu.

Setelah itu, semua berjalan seperti biasa, hari demi hari aku lewati dengan apa adanya, mengikuti alur kisah yang ditulis oleh semesta. Aku hanya mendengarkan suara itu dan mengikutinya. Hingga akhirnya membawaku pada berbagai peristiwa dan realita_kehilangan, kebangkrutan, kegagalan. Itu semua adalah realitas yang bertolak belakang dengan impian dan keinginanku. 

Tetapi justru akhirnya aku sadari semua peristiwa itu sebagai jembatan peristiwa terwujudnya impianku "pengen ngeblog" tadi, seperti yang aku ceritakan di atas.

Terima kasih, Diriku yang Dulu…

Aku tahu kamu sering merasa sendirian, bingung, dan tak tahu harus mulai dari mana. Tapi hari ini aku ingin berkata: terima kasih karena kamu dulu tidak pernah menyerah.
kamu tetap percaya, dan setia mendengarkan suara itu, setia memegang harapan dan impianmu.

Dan untukmu yang sekarang sedang membaca tulisanku ini:
Jika kamu punya satu kalimat kecil di hatimu seperti aku dulu,
entah itu "pengen ngeblog", "pengen usaha", atau "pengen hidup lebih bahagia"
jangan abaikan. Karena mungkin… itu adalah pintu pertamamu menuju versi terbaik dari dirimu.

Ini adalah satu bagian dari sekian banyak hal yang pernah aku manifestasikan.
Masih banyak penggalan kisah dalam hidupku yang merupakan perwujudan dari sebuah manifestasi yang tak pernah aku sadari — dan jika kalian sabar menantikan kisahku memanifestasikan impian dan keinginanku, aku akan menuliskannya di sini.

Terima kasih sudah singgah di Diari Gunarti.
Semoga tulisan-tulisan di sini bisa menjadi teman perjalananmu,
seperti aku yang sedang menuliskan perjalananku sendiri, satu huruf demi satu harapan.

— Yohana




Hello...Saya Yohana Gunarti, seorang ibu yang suka ngopi sambil nulis, dari kecil menderita insomnia akut, jarang tidur tapi punya banyak mimpi, melalui blog ini ingin berbagi pengalaman sambil nyari cuan lewat tulisan.

Komentar

Posting Komentar

Jangan lupa tinggalkan komentar ya, aku akan sangat senang berdiskusi dengan kalian