3-latest-65px

Fobia: Bukan Ketakutan Biasa, Ini Alasan Mengapa Tidak Boleh Meremehkannya?

Daftar Isi [Tampil]
    ilustrasi fobia
    Phobia (Sumber gambar: Pinterest)


    Apa Itu Fobia?

    Fobia atau dalam bahasa inggris Phobia, adalah suatu bentuk gangguan kecemasan yang ditandai oleh ketakutan yang berlebihan dan tidak wajar terhadap objek, situasi, atau aktivitas tertentu. Ketakutan ini bisa sangat intens dan mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang, bahkan bisa mempengaruhi kondisi mental dan juga kualitas hidup orang tersebut.

    Ya, meskipun sering dianggap sepele, fobia bukanlah ketakutan biasa. Seseorang yang memiliki fobia pada objek, situasi dan aktifitas tertentu memang sering menunjukkan reaksi kecemasan dan ketakutan yang berlebihan dan sangat tidak masuk akal (irasional), sehingga tak jarang orang di sekeliling mereka pun juga dibuat kesal dengan tingkah dan reaksi mereka yang dianggap aneh dan berlebihan ketika fobia tersebut datang.

    Contohnya aku sendiri, sudah tidak terhitung berapa banyak orang yang merasa kesal dengan sikapku ketika tiba-tiba aku melihat seekor anak kucing yang masih sangat mungil berada di dekatku, jangankan melihatnya langsung, melihat gambar atau miniatur anak kucing atau hanya mendengar suaranya saja aku langsung panik, takut dan cemas luar biasa.

    Bahkan ketika dalam mimpi aku melihat makhluk kecil itu, aku juga bisa terjaga dalam keadaan takut dan cemas luar biasa.

    Aku sendiri gak tau, apa yang terbayang dalam benakku saat itu, yang jelas sekujur tubuh ini bisa tiba-tiba lemas, bulu kudukku dari ujung kepala sampai ujung kaki tiba-tiba terasa berdiri diikuti dengan jantung berdebar, pusing bahkan sampe bisa keluar keringat dingin di sekujur tubuh ini.

    Tak hanya itu, aku juga bisa teriak histeris bahkan menangis sambil lari terbirit-birit seketika itu juga, tanpa mempedulikan lagi seberapa banyak orang yang ada disitu yang mungkin saja menganggapku aneh dengan reaksi ketakutan dan kecemasanku yang berlebihan tadi. 

    Contoh lain reaksi yang  aneh dan berlebihan yang pernah aku lakukan ketika diserang fobia ini  diantaranya :

    • Aku rela mengurung dan mengunci diri di kamar selama berhari-hari dengan segala rasa takut dan cemas ketika aku mendapati ada seekor anak kucing di dalam rumah ku, aku gak peduli siapapun dan berapa kali pun orang mengetok pintu kamarku dan memintaku untuk keluar, misalnya untuk memasak, mandi atau makan, maka sebanyak itu pula aku bertanya apakah anak kucing atau objek-objek lain yang membuatku fobia benar-benar sudah tidak ada lagi di rumah ini. Intinya, sebelum ada yang bisa memastikan bahwa anak kucing itu sudah tidak ada lagi dan tidak akan kembali lagi ke rumah ini, aku tetap tak bergeming, kecemasan, ketakutan dan kekesalan itu akan tetap ada. 

    • Aku bahkan bisa nekat pergi atau kabur dari rumah dengan berbagai cara yang penting aku bisa merasa aman dan nyaman. Aku pernah memutuskan untuk tidak tinggal dirumah ortuku lagi dan memilih tinggal di rumah nenek (lebih tepatnya pergi dengan rasa kesal dan marah sih hehehe...) untuk beberapa waktu lamanya gara-gara bapak membawa pulang beberapa ekor marmut dan berniat memiara marmut-marmut tersebut di pekarangan belakang rumah Bapak. Padahal, dari segi kenyamanan, tinggal dirrumah orang tuaku jauh lebih nyaman dibanding tinggal di rumah nenek. Tapi aku terpaksa memilih tinggal dirumah nenek karena aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya tinggal dirumah yang mungkin akan membuat fobia ku kembali muncul ketika mendengar dan membayangkan marmut-marmut yang menurutku sangat menggelikan itu. Meskipun marmut-marmut itu berada di dalam kandang yang juga diletakkan jauh di pekarangan belakang rumah, tetapi tetap saja aku merasa tidak nyaman. Hingga suatu hari bapak datang ke rumah nenek dan memintaku untuk kembali pulang ke rumah dan mengatakan bahwa marmut-marmut piaraan bapak sudah habis karena satu per satu telah menjadi santapan kucing dan luwak. Akhirnya aku pun setuju mengikuti permintaan Bapak untuk kembali pulang ke rumah.

    • Aku pernah dengan tegas bilang ke Almarhum Paksu bahwa aku akan keluar dari rumah ini (baca: pergi, minggat) dan mencari tempat tinggal sendiri ketika beliau mengatakan akan membawa pulang dan memiara seekor anak kucing persia yang lucu milik temannya yang kebetulan pecinta kucing. Akhirnya setelah mendengar jawabanku tadi, dengan cengar cengir Paksu bilang akan membatalkan niatnya itu dan tetap akan memilih aku ketimbang anak kucing yang lucu itu, wkwkwkkkk...(meskipun kesal, aku tetap ngakak dalam hati).

    • Dan yang paling fatal adalah yang baru saja terjadi, yakni beberapa waktu lalu ketika aku nekad memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan ku sebagai waitres di salah satu cafe, ketika di situ aku mendengar ada suara anak kucing dari arah luar dapur cafe, hingga tiga hari berturut-turut aku masih mendengar suara itu. Dengan susah payah aku berusaha menahan dan mengontrol kecemasan dan ketakutanku. Sambil bekerja, di dalam hati pun aku tak henti berdoa dan berharap semoga anak kucing itu tidak masuk ke dalam dapur cafe. Meskipun begitu, suara anak kucing itu tetap saja membuatku gak bisa fokus dalam bekerja, aku cemas, aku gelisah, aku salting dan clinguk an gak karuan karena takut jika tiba-tiba anak kucing itu masuk ke ruang kerjaku. Dan betul saja, pada hari ketiga entah bagaimana caranya anak kucing yang masih sangat kecil itu akhirnya berada di ruangan kerjaku. Dan ketika beberapa teman sekerjaku melihat reaksi ketakutanku, mereka malah menangkap dan melempar anak kucing itu ke arahku. Seketika itu juga aku teriak histeris dan langsung lari sekencang-kencangnya. Malam itu juga aku memilih untuk pulang dan sampai hari ini aku tidak pernah lagi kembali dan bekerja di cafe itu alias resign.

    Ya aku memilih berhenti bekerja dari cafe itu, karena aku pikir disini bukanlah tempat yang aman dan nyaman untukku mengais rejeki. Karena baik bos maupun teman-teman sekerjaku tidak ada yang peduli ketika aku memohon agar anak kucing itu segera di buang atau di singkirkan dari situ. Tidak satupun orang disitu yang peduli dengan Fobiaku ini, tidak ada yang memahami kecemasan dan ketakutanku ini. 

    Bahkan, mereka dengan konyolnya malah membully dan menakut-nakuti aku. Meskipun jujur saja aku sangat butuh pekerjaan ini demi untuk bisa bertahan hidup, tetapi menurutku rasa aman dan nyaman saat bekerja adalah hal yang utama.

    Itulah beberapa contoh sikap dan reaksi berlebihan yang pernah aku lakukan ketika diserang fobia. Aku sadar, di mata orang normal pada umumnya akan merasa heran dan bertanya-tanya mengapa aku bisa fobia pada anak kucing yang menurut mereka sangat imut dan lucu itu.

    Dan mungkin mereka juga berpikir sangat tidak masuk akal jika aku takut dengan binatang sekecil itu sementara badanku jauh lebih besar. Aku bisa saja to menyiram anak kucing itu dengan air, memukul atau menendangnya agar anak kucing itu lari atau pergi menjauh dariku.

    "Hey...helloooowww..., tidak semudah itu fergusooooo....." Ini Fobia, kecemasan, ketakutan dan kengerian, yang aku alami seringkali tidak sesederhana yang kalian bayangkan. Sekali lagi, ini bukan ketakutan biasa seperti yang kalian pikirkan. 

    Bukan rasa takut seperti akan diterkam atau digigit binatang mungil itu, karena aku tahu, dia tidak mungkin akan melakukan itu. 

    Tetapi ini adalah sebuah perasaan ngeri, geli dan ngilu yang tiba-tiba datang menghampiriku ketika aku membayangkan binatang yang menurut kalian imut dan lucu itu menyentuhku.

    Pendeknya, Fobia adalah sebuah perasaan ngeri, takut, cemas yang sulit dijelaskan dan diterima oleh nalar atau irasional. 


    Apakah Fobia Merupakan Salah Satu Gangguan Kesehatan Mental?

    Sebegitu peliknya masalah fobia ini, hingga menurut pakar kesehatan mental, Fobia bisa dikategorikan sebagai salah satu jenis gangguan kejiwaan atau gangguan kesehatan mental, lebih tepatnya gangguan kecemasan (anxiety)

    Lalu... mengapa Fobia termasuk dalam kategori gangguan kesehatan mental? Berikut adalah beberapa alasannya:

    • Reaksi ketakutan yang berlebihan : Orang yang mengidap fobia seringkali mengalami reaksi kecemasan atau ketakutan yang tak terduga dan berlebihan. Ketakutan dan kecemasan yang mereka rasakan di anggap oleh sebagian orang melebihi apa yang dianggap sebagai respons wajar terhadap situasi atau objek tertentu.  
    • Kecemasan yang tidak rasional: Fobia seringkali melibatkan kecemasan atau ketakutan yang tidak sesuai dengan tingkat bahaya yang sebenarnya dari objek atau situasi yang ditakuti. Ya  misalnya seperti apa yang selama ini sering aku alami, ketika menurut orang normal anak kucing, hamster, kelinci, marmut dan sejenisnya adalah binatang yang lucu dan menggemaskan, namun tidaklah demikian bagiku. Menurutku binatang-binatang atau objek-objek yang aku sebutkan tadi adalah binatang yang mengerikan dan menggelikan, yang membuatku merasa tidak nyaman, takut dan cemas ketika aku melihat, mendengar suaranya atau mendengar cerita tentang objek-objek tadi. Begitu juga yang dirasakan oleh orang dengan fobia terhadap ketinggian, mungkin mereka merasa seolah-olah berada dalam bahaya serius padahal menurut orang lain sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan atau ditakutkan atau dengan kata lain mereka dalam keadaan aman. Inilah yang dimaksud dengan kecemasan yang tidak rasional (irasional)
    • Gangguan dalam kehidupan sehari-hari: Fobia dapat mengganggu seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan normal. Dan tentu saja ini dapat membatasi  ruang gerak, aktivitas dan bahkan interaksi sosial mereka di lingkungan masyarakat, mempengaruhi performa di sekolah atau pekerjaan, serta menyebabkan isolasi sosial. Bayangkan saja jika kalian mengalami hal yang sama seperti yang aku alami. Aku bisa menghindar dari berbagai bentuk interaksi sosial dan mengunci diri dirumah atau dikamar jika aku tahu bahwa di tempat tersebut ada objek-objek yang membuatku Fobia. Aku bisa kehilangan fokus dan ketenangan, bahkan mempengaruhi produktifitas dan performaku dalam bekerja ketika melihat atau berhadapan dengan objek yang membuatku Fobia. Itulah yang dimaksud Fobia bisa menjadi penyebab menurunnya kualitas hidup seseorang.  
    • Komponen kecemasan yang menyertai : Komponen utama dari Fobia adalah ketakutan dan kecemasan. Reaksi atau gelaja yang ditimbulkan meliputi gejala fisik seperti jantung berdebar, keringat berlebihan, gemetar, atau sensasi pusing, merupakan salah satu alasan mengapa Fobia termasuk dalam kategori gangguan kecemasan (anxiety).
    • Respon yang muncul: Kita bisa melihat reaksi atau respon para pengidap Fobia ini ketika melihat berbagai objek yang  mereka takuti atau merasakan situasi dan kondisi tertentu yang mereka khawatirkan dan cemaskan, dimana reaksi kecemasan yang muncul biasanya terjadi secara spontan, cepat dan kuat.

    Dengan memahami beberapa alasan di atas itulah, maka Fobia bisa dikategorikan sebagai salah satu bentuk gangguan kesehatan mental, lebih tepatnya gangguan kecemasan (Anxiety), yang mana dalam banyak kasus, seringkali pengobatan dan terapi khusus bagi mereka yang memiliki Fobia terhadap objek, situasi dan aktifitas tertentu ini sangat diperlukan. 

    Tujuannya tentu saja untuk membantu seseorang mengatasi fobianya dan mengembalikan kualitas hidup yang normal seperti orang lain pada umumnya.


    Mengapa Fobia penting Untuk tidak Diremehkan atau Dianggap Sepele?

    Sekali lagi aku katakan bahwa fobia bukanlah persoalan yang bisa dianggap sepele. Aku bisa mengatakan demikian karena aku sendiri pernah mendengar, melihat dan mengalami sendiri gangguan Fobia ini, hingga ada sesuatu yang mengusik hati dan pikiranku untuk bisa berbuat sesuatu untuk diriku sendiri khususnya dan untuk orang-orang yang mengalami gangguan Fobia pada umumnya. 

    Itulah sebabnya, setelah kejadian beberapa hari lalu yang membuat aku akhirnya nekad memutuskan untuk resign dari pekerjaanku hanya gara-gara masalah Fobia ini, aku merasa terusik dan tertarik untuk menulis artikel tentang Fobia ini. Bukan sebagai bentuk "pembelaan" atas keanehanku ini ya, tetapi sebagai wujud kepedulianku terhadap jutaan suara manusia diluar sana yang memiliki Fobia seperti aku, terutama yang memiliki Fobia berat, yang ingin di mengerti dan dipahami.

    Dengan kata lain, apa yang aku tuliskan disini adalah bentuk edukasi buat kalian yang kebetulan belum tahu sama sekali tentang Fobia, atau buat kalian yang barangkali punya teman atau saudara yang memilik fobia terhadap objek, situasi atau aktifitas tertentu agar lebih memahami mengapa mereka bisa merasakan ketakutan dan kecemasan yang berlebihan hanya karena melihat atau merasakan hal-hal yang menurut logika kalian sangat sepele.

    Terlebih lagi buat kalian yang sering menganggap sepele atau meremehkan orang-orang yang memiliki fobia, hingga kalian tega mem bully mereka dan menjadikan fobia yang mereka alami sebagai sebuah lelucon atau bahan candaan kalian.

    Meskipun jujur saja, saat aku menulis ini pun aku melakukannya dengan penuh effort, sesekali diri ini diliputi dengan perasaan cemas, kadang-kadang sekujur tubuh ini terasa tiba-tiba lemas diikuti sensasi pusing dan merinding-merinding gimana gitu, ketika aku menuliskan beberapa pengalaman yang pernah aku alami sebagai seorang pengidap Specific Phobia, hingga aku memilih untuk berhenti sejenak dan melakukan relaksasi. Lalu kembali menulis ketika emosi atau moodku sudah kembali membaik.

    Itulah sebabnya kadang aku merasa sangat kesal jika ada orang yang seenaknya sendiri nyletuk, nyinyir atau bahkan menertawakan aku, "Hallahhh...karo kucing cilik wae wedi" (Hallah... sama kucing kecil aja takut) atau "Ming kucing cilik wae lho, mok tendang paling yo wes gak nyerak maneh" (cuma kucing kecil aja lho, kamu tendang aja ya gak mungkin berani mendekat lagi)". 

    Ungkapan atau komentar seperti itu rasanya sangat menyakitkan bagiku, dan kalau sudah begini, selain sangat kesal aku juga sangat sedih, lalu menyalahkan diri sendiri kenapa sih aku bisa fobia separah ini, kenapa aku benar-benar tidak bisa berpikir rasional dan berusaha melawan fobiaku, seringkali aku juga meratapi nasib Ya...Allah...Ya Tuhanku...kenapa tidak ada yang mengerti dan memahami aku hiksss..., bahkan yang paling parah kadang aku juga tidak bisa mengendalikan diri dengan menyalahkan Tuhan (Astagfirrullahaladzim... ampuni aku ya Tuhan...) kenapa harus ada atau diciptakan binatang-binatang yang membuatku Fobia di dunia ini?

    Ya, Segitu parahnya fobia yang aku alami, hingga untuk menceritakannya pun butuh energi dan mood yang luar biasa, butuh effort.

    Namun, kadang aku juga bisa memaklumi sikap mereka yang sering mengaggap remeh atau sepele fobia yang aku alami, dan kenapa mereka malah masih tega membully dan menakut-nakuti aku dengan objek yang membuatku fobia. Karena aku pikir tentu saja ada alasan yang mendasari kenapa mereka bisa atau tega melakukan itu.

    Ya, ada beberapa alasan mengapa masih banyak orang yang seolah tidak sepenuhnya bisa memahami atau peduli tentang fobia ini. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

    • Kurangnya Pemahaman: Beberapa orang mungkin tidak memahami betapa seriusnya atau mengganggunya fobia bagi kita yang mengalaminya. Mereka mungkin tidak memiliki pengalaman langsung atau pengetahuan yang cukup tentang fobia, sehingga sulit bagi mereka untuk benar-benar bisa memahami kondisi ini.

    • Keterbatasan Empati: Tidak semua orang memiliki tingkat empati yang tinggi atau kemampuan untuk memahami dan peduli dengan pengalaman dan perasaan orang lain. Ini lah yang membuat mereka sangat sulit untuk benar-benar merasakan kecemasan dan rasa takut yang dialami orang yang memiliki Fobia.
    • Pentingnya Pengalaman Pribadi: Beberapa orang mungkin berpikir dari sudut pandang mereka sendiri dan mungkin belum mengalami fobia atau kecemasan serupa. Oleh karena itu, mereka mungkin kesulitan untuk benar-benar memahami betapa mengganggunya fobia bagi kita yang mengalaminya.
    • Kecenderungan untuk Menilai dengan Cepat: Beberapa orang mungkin cenderung untuk menilai atau menganggap enteng masalah mental seperti fobia. Mereka mungkin kurang menyadari betapa kompleks dan rumitnya dampak yang sebenarnya dari masalah fobia ini.

    • Kebingungan atau Tidak Menganggapnya Serius: Terkadang, orang mungkin tidak sepenuhnya memahami bahwa fobia bukan sekadar ketakutan biasa, tetapi sebuah kondisi yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan.Meskipun ada beberapa orang yang mungkin tidak memahami sepenuhnya tentang fobia yang kita alami, tetapi pasti masih ada banyak orang lain yang bersedia mendengarkan, memahami, dan memberikan dukungan terhadap masalah yang kita hadapi, terutama orang-orang terdekat kita, baik teman maupun keluarga.

    Seperti yang sudah aku ceritakan sebelumnya, sewaktu masih kanak-kanak, kakak-kakakku dan saudara-saudara sepupuku sering membullyku dengan sengaja menunjukkan atau membawakan aku anak kucing yang masih sangat kecil agar aku ketakutan dan menangis histeris. Namanya masih anak-anak, mungkin mereka belum sepenuhnya memahami apa itu Fobia dan bagaimana rasanya, sehingga justru menganggap ini adalah bahan mainan atau lelucon yang sebenarnya sama sekali tidak lucu.

    Tetapi setelah kita sama-sama beranjak dewasa, mereka lah yang justru paling memahami dan mengerti dengan masalah fobiaku. Justru mereka lah yang akhirnya bisa jadi "penolong dan tempat berlindungku" ketika fobia itu datang menyerang, artinya mereka lah yang bersedia menyingkirkan jauh-jauh anak kucing yang mungil dari hadapanku, mereka lah yang bersedia membantuku memberi pengertian kepada orang-orang yang belum memahami fobia ku.


    Bagaimana Mendukung Orang-orang Yang Mengalami Masalah Fobia

    Mendukung atau peduli orang lain terutama orang terdekat kita yang mengalami gangguan fobia adalah hal yang penting. Karena ini merupakan bagian dari empati dan rasa peduli kita terhadap mereka. Lalu bagaimana caranya, dan apa saja yang bisa lakukan sebagai bentuk dukungan dan kepedulian kita itu? 

    Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan:

    • Mencari tahu tentang Fobia: Pelajari tentang jenis fobia yang dialami orang terdekat Anda. Memahami kondisinya akan membantu Anda memberikan dukungan yang lebih efektif.

    • Dengarkan dengan Empati: Jadilah pendengar yang baik. Biarkan mereka berbicara tentang pengalaman mereka tanpa menghakimi tetapi mencoba memberikan solusi sesegera mungkin.

    • Hormati Batasan Mereka: Menghormati batasan mereka adalah kunci. Jangan memaksa mereka untuk menghadapi objek atau situasi yang menimbulkan kecemasan jika mereka belum siap.

    • Bantu Mencari Bantuan Profesional: Sarankan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental. Mereka dapat memberikan panduan dan terapi yang diperlukan orang-orang yang mengalami gangguan fobia.
      .
    • Tawarkan Dukungan Emosional: Jelaskan bahwa Anda ada di samping mereka dan siap mendukung. Berikan dorongan positif dan berikan pengertian.

    • Latih Teknik Relaksasi Bersama: Ajak mereka untuk berlatih teknik relaksasi seperti pernapasan dalam-dalam atau meditasi. Ini dapat membantu mengelola kecemasan.

    • Hindari Menyakiti atau Meremehkan: Jangan pernah menertawakan atau menganggap remeh kekhawatiran atau ketakutan mereka. Ini dapat memperburuk situasi.

    • Jadwalkan Aktivitas Bersama: Ajak mereka untuk melakukan aktivitas bersama yang tidak memicu fobia mereka. Hal ini dapat membantu membangun rasa percaya diri.

    • Ingatkan Mereka tentang Kemajuan: Teruslah memberikan pujian dan mengingatkan mereka tentang kemajuan yang telah dicapai dalam mengatasi atau menghadapi fobia, sekecil apapun itu.

    • Bersabar dan Tegas: Fobia bisa memakan waktu untuk diatasi. Bersabarlah dan tetaplah konsisten dalam memberikan dukungan.

    • Hormati Privasi Mereka: Jangan memaksakan informasi pribadi atau cerita tentang fobia mereka kepada orang lain tanpa izin mereka.

    Ingatlah bahwa mendukung orang dengan fobia membutuhkan kesabaran dan pengertian. Jika Anda merasa tidak yakin atau orang tersebut membutuhkan bantuan lebih lanjut, sarankan untuk mencari bantuan dari tenaga profesional yang ahli di bidang kesehatan mental.

    Kesimpulan

    Fobia memang bukanlah suatu jenis penyakit dalam artian gangguan kesehatan fisik yang bisa dilihat dan didiagnosa secara medis, seperti infeksi, radang atau alergi tertentu. Namun, fobia bisa dikategorikan sebagai bentuk gangguan kesehatan mental dalam hal ini gangguan kecemasan dan ketakutan yang berlebihan (anxiety) yang tidak boleh dianggap remeh atau sepele seperti hal nya gangguan kesehatan fisik.

    Singkatnya, fobia bukanlah kecemasan atau ketakutan biasa, itulah sebabnya mengapa penting untuk tidak menganggap remeh masalah fobia ini. 

    Karena seperti jenis gangguan kesehatan mental terutama gangguan kecemasan lainnya, Fobia juga bisa mempengaruhi pikiran, emosi, dan perilaku seseorang secara signifikan. Artinya dapat mengganggu kehidupan sehari-hari dan mempengaruhi kualitas hidup seseorang yang mengalami fobia, seperti:

    • Mengalami kesulitan atau kendala dalam melakukan aktivitas tertentu (fungsi sosial).
    • Menyebabkan seseorang kurang fokus menjalankan tugas dan pekerjaan, sehingga dapat menurunkan performa dan produktifitas orang tersebut. membatasi pilihan hidup, misalnya pekerjaan, pendidikan bahkan dalam memilih pasangan. 

    Oleh karena itu, dukungan dan pengertian dari teman, keluarga, dan masyarakat adalah kunci untuk membantu individu yang mengalami fobia bisa menjalani hari-hari mereka dengan tenang, merasa aman dan nyaman karena berada dilingkungan orang-orang yang peduli dan memahami Fobia yang mereka alami. 

    Jika Anda merasa sulit untuk mendapatkan dukungan dari orang tertentu, cobalah berbicara dengan orang lain atau mencari bantuan dari kelompok dukungan atau profesional kesehatan mental. Jangan ragu untuk mencari bantuan ketika Anda membutuhkannya. Misalnya dengan bergabung di group atau komunitas online sesama pengidap fobia.

    Ada banyak sekali situs-situs atau forum-forum daring (online) yang bisa menjadi wadah untuk mendengar keluhan atau berbagi cerita dan pengalaman fobia kalian sehingga membuat kalian merasa tidak sendirian. Selain itu, ada berbagai jenis terapi dan strategi penanganan gangguan kecemasan yang dapat membantu kalian mengatasi atau mengelola gejala fobia.

    Dengan bantuan dan dukungan yang tepat, aku yakin mereka dapat belajar bagaimana cara mengatasi ketakutan mereka dan menjalani kehidupan yang lebih produktif dan memuaskan.

    Dan yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kesadaran dan pemahaman (edukasi) tentang fobia agar sikap menganggap remeh dan sepele persoalan Fobia ini bisa diminimalisir.

    Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat. 



    Posting Komentar