3-latest-65px

Catatan Sarkas, Liburan dalam Labirin

Daftar Isi [Tampil]
    liburan dalam labirin
    Liburan dalam labirin (ilustrasi oleh Yohana Gunarti)


    Diari_Gunarti, Disaat weekend begini, melihat time line di berbagai sosial media banyak orang pada update status mengunggah foto atau video liburan atau bikin story liburan dengan kepsyen "waktunya refreshing/healing, ngilangin stress biar otak kembali fresh".Unggahannya pun beraneka ragam, ada yang sedang liburan di pantai, ada yang belanja atau sekedar jalan-jalan di Mall, ada yang hangout bareng temen nongki disana nongki disini, dan masih banyak lagi.

    Sementara itu...sambil menikmati story mereka yang sedang healing n refreshing, isi kepala ini mulai overthinking, sibuk dengan berbagai macam pertanyaan tentang kepsyen liburan mereka tadi.

    Sambil senyum-senyum sendiri dan sesekali mengernyitkan dahi, aku pun mulai memikirkan makna caption yang mereka tulis pada story liburan mereka tadi.

    Kepsyen yang mereka buat pun rata-rata hampir senada, bahwa tujuan mereka liburan adalah untuk healing dan refreshing, atau jika di artikan secara harfiah atau secara umum, maknanya adalah untuk ngilangin stres, pusing dan pening, atau dengan kata lain membuat jiwa dan raga kembali segar dan bugar.

    Dari sinilah muncul pertanyaan, owh...apakah ini berarti mereka yang bikin story liburan itu adalah orang-rang yang lagi pada stress atau orang-orang yang otaknya udah gak fresh (mumet) sehingga butuh re-freshing?

    Refreshing sendiri merupakan kata (kerja) dalam bahasa inggris jika diterjemahkan dalam bahasa Indoneia, secara harfiah artinya adalah menyegarkan kembali, disini terutama kaitannya dengan kesehatan (healthy). Jadi bisa dimaknai kondisi otak yang udah mulai kurang fresh, atau mulai kurang segar alias mumet akibat sudah terkontaminasi oleh berbagai macam polusi dan ambisi (mungkin)? Sehingga...akhirnya mereka pergi liburan, agar setelah liburan otak atau badan jadi kembali fresh, badan kembali segar dan bersemangat lagi, pikiran juga kembali waras dan gak stress (mumet) lagi.

    Lalu...aku pun berfikir lagi, kira-kira bertahan berapa lama daya tahan atau "kesegaran" otak mereka ini? Seminggu, dua minggu? Sebulan dua bulan? Atau mungkin setahun atau dua tahun? 

    Jika kita lihat atau baca-baca caption mereka seperti itu, bisa jadi daya tahan "kesegaran" otak atau kondisi tubuh mereka ini tergantung seberapa seringnya mereka pergi liburan.

    Maksudku begini, kalau misalnya mereka liburan setiap akhir pekan (seminggu sekali) berarti daya tahan otak mereka untuk tetap fresh hanya sampai seminggu atau sepekan, begitu juga jika mereka melakukan liburan sebulan sekali, berarti daya tahan otak mereka untuk kembali segar bisa sampai sebulan, dan misalnya liburannya setahun sekali berarti daya tahan kesegaran otak dan fisik mereka malah bisa sampai setahun atau dua tahun donk.Begitu seterusnya.

    Jadi..., semakin sering mereka liburan menandakan mereka lebih sering stress, atau sebaliknya, semakin jarang mereka liburan berarti tingkat stress nya juga semakin rendah, semakin jarang stres semakin jarang pula mereka liburan, betul gak sih?

    Dari sini, muncul lagi pertanyaan, bagaimana dengan mereka yang nyaris gak pernah pergi liburan dan gak pernah bikin story refreshing atau healing seperti aku ini (salah satunya)? Apakah ini bisa dikatakan atau disimpulkan bahwa mereka gak pernah mengalami stress sama sekali, apakah daya tahan otak mereka lebih kuat dan tahan lama? Heheuheu...entahlah...:)

    Tak cukup sampai disitu, overthinking masih berlanjut, muncul pertanyaan lagi di benakku, yang namanya liburan, pasti butuh ongkos atau biaya kan? Misalnya, kalau liburannya jalan-jalan, minimal butuh ongkos buat beli bensin, kalau liburannya wisata kuliner, minimal butuh ongkos buat beli makanan, butuh ongkos buat jajan ini jajan itu, kalau liburannya wisata religi, minimal butuh ongkos buat bayar berbagai macam paket wisata religi yang mereka pilih, butuh budget untuk beli souvenir, buah tangan dan sebagainya.Intinya liburan itu tidak ada yang gratis, dan kalau refreshingnya cuma sekedar rebahan sambil scroll hape pun minimal juga butuh quota internet atau ongkos buat bayar Wi-Fi.

    Intinya sesederhana apapun bentuk refreshing itu, tentu ada biaya (cost, budget) yang harus dikeluarkan.

    Dan ini berarti, orang yang sering liburan, selain sering mengalami stres atau mumet atau kurang fresh, mereka juga pasti punya uang lebih dibandingkan orang yang jarang atau hampir tidak pernah pergi liburan. 

    Disini aku mulai bingung lagi, kenapa mereka bisa sering stres atau merasa kurang fresh sedangkan mereka punya uang yang berlebih? Secara menurut logikaku, dengan punya banyak uang, atau ada uang lebih, berarti hidup mereka tidak berkekurangan donk? Ya gak sih? 

    Yah...minimal mereka tidak pusing atau stres lagi dengan yang namanya "beban hidup" secara finansial, bisa dikatakan hidup mampu atau mampu hidup dengan berkecukupan. Jadi...apalagi yang membuat mereka bisa stress atau mental dan fisik jadi kurang fresh, sehingga harus pergi liburan, musti hilang hiling n represang represing

    Atau barangkali ada "beban hidup" yang lain yang membuat mereka butuh anggaran lebih untuk healing dan refreshing.

    Berarti, punya banyak uang tidak bisa menjadi jaminan mereka terhindar dari yang namanya stress donk.Tapi disatu sisi mereka juga butuh banyak uang untuk ngilangin stres, ngilangin mental atau fisik yang kurang atau tidak lagi fresh. 

    Atau jangan-jangan, karena punya banyak uang atau kelebihan uang itulah yang justru membuat beban hidup mereka juga banyak, membuat mereka jadi sering mengalami stres, sehingga lebih sering butuh liburan untuk healing n refreshing.

    "Aduh...gimana sih ini? Gumamku dalam hati, sambil kembali mengernyitkan dahi aku mencoba bertanya-tanya lagi. 

    Atau begini..., mungkin saja mereka itu sengaja liburan biar semua orang tau kalau mereka lagi banyak uang, biar kliatan selalu fresh dan happy, biar semua orang melihat hidupnya nampak lebih bahagia dan sejahtera daripada elu atau gua yang hidup serba pas-pas an atau malah sering kekurangan, atau malah hidup dibawah garis kemiskinan yang bawaannya sendu ngenes mulu' :p 

    Jadi, kalau memang benar mereka sering liburan bukan karena stres atau bukan karena otak lagi kurang beres, harusnya ganti saja kepsyen photo atau video liburan yang kalian unggah di sosial media itu dengan kepsyen seperti ini, "Liburan ahhh...mumpung lagi banyak duit?" atau...seperti ini ''duit gak dibawa mati, mending buat hepi-hepi"  atau begini..."saldo rekening penuh, waktunya dikosongin." Wuihhh...kayaknya kepsyen begitu kedengaran lebih keren n keliatan lebih sombong gimana gtuuuu..., gokil kan...? 

    Dengan kepsyen sepert itu, menurutku bisa membuat semua orang tau dan berfikir bahwa kalian pergi  liburan n refreshing karena lagi punya banyak uang, karena sedang ingin menikmati hidup yang saat ini sedang bahagia dan sejahtera, bukan karena sedang stres, ngenes, menderita dan sebagainya.

    Dan...tujuan kalian bikin story liburan atau refreshing untuk "menyombongkan diri atas apa yang kalian miliki" sepertinya malah lebih ngena kan? Uppsss... apa sih tujuannya liburan tadi buat refreshing atau buat sombong sih? Nah lo... kenapa malah bikin otak gue jadi toxic begini??

    Owh ya... sepertinya masih terselip satu pertanyaan di benakku yang juga membuatku overthingking,  bagaimana ya dengan mereka yang nyaris tidak pernah pergi liburan atau bikin story refreshing?

    Apakah mereka ini tidak pernah stress? Apakah mereka juga tidak punya beban hidup? Apakah mereka ini bisa dikategorikan sebagai orang-orang yang otaknya selalu fresh. Atau dengan kata lain mereka ini bisa dikatakan orang-orang yang selalu dalam kondisi "waras dan fresh", baik mental maupun fisiknya, sehingga mereka gak butuh healing atau refreshing? Atau termasuk golongan orang yang bisa berpikir waras, tapi terpaksa menahan diri untuk tidak liburan karena uangnya sedikit alias kekurangan duit alias miskin atau kismin?

    Atau... jangan-jangan mereka ini golongan orang-orang yang sudah benar-benar gak waras alias gila alias sudah mengalami gangguan jiwa akut akibat jarang bahkan nyaris gak pernah refreshing n healing sama sekali? Sehingga terpaksa menahan sakit di kepala atau pusing dan pening hingga membuat otak mereka lama-lama jadi konsleting :) 

    Dan ketika seseorang sudah mengalami gangguan kejiwaan yang serius seperti itu, biasanya mereka gak butuh atau gak mikirin lagi soal healing refreshing, mereka sudah tidak punya keinginan apa-apa dalam hidup ini, kecuali makan! Yang penting bisa makan, kira-kira begitu motto hidup mereka...:)

    Berarti jika dirunutkan sesuai alur labirin di kepalaku, aku berkesimpulan bahwa story dan kepsyen liburan di atas bermakna begini, orang-orang yang sering pergi liburan adalah orang-orang yang sering butuh refreshing, karena punya banyak beban hidup. Karena mereka punya banyak uang, sehingga mereka ingin "menyombongkan diri" untuk menutupi atau menyembunyikan segudang beban hidup yang meraka alami tadi dengan pergi liburan. 

    Dan bagi mereka gak pernah pergi liburan, mereka ini adalah golongan orang-orang yang sudah saking mumet nya dengan beban hidup, sampai-sampai mereka gak kepikiran apa-apa lagi  tentang hidup ini, tidak lagi kepikiran soal berbagai macam kebutuhan hidup seperti rumah, pakaian, hiburan atau healing n refreshing itu tadi, mereka sudah bodo amat, loss ora rewel dalam menjalani hidup, satu-satunya yang mereka butuhkan dalam hidup ini adalah "makan". 

    Sementara itu, orang-orang yang gak punya banyak duit, terpaksa menahan diri untuk tidak liburan, sehingga mereka tidak bisa menyombongkan diri dengan membuat story atau cerita tentang refreshing n healing, tetapi mereka berusaha keras untuk meraih sukses, hidup mapan secara finansial, sedikit-sedikit mulai menabung, mulai ngumpulin uang. Sehingga ketika mereka sudah sukses dan hidup mapan secara ekonomi dan finansial, mereka pun akan mulai sering pergi liburan, lalu update status mengunggah foto atau video liburan dengan keterangan "waktunya healing n refreshing, ngilangin stres n pening." atau...dengan caption yang senada, "waktunya refreshing/healing, ngilangin stress biar otak kembali fresh".

    Nah bingung lagi kan...??? Kenapa setelah hidup mapan, punya banyak uang, mereka malah merasa sering stres dan pergi liburan n refreshing?

    Jadi...sebenarnya, siapa yang daya tahan "kesegaran" otaknya lebih kuat? Siapa sebenarnya yang selalu waras n fresh secara mental maupun fisik? Atau...siapa yang sebenarnya selalu waras disini?

    Yang duitnya banyak atau yang duitnya cuma dikit? Yang sering liburan atau yang gak pernah liburan

    Yang baca tulisan ini atau yang bikin tulisan ini? Ahahhahhaa.... 😁😅

    Ahh...sudahlahhh... gak usah overthinking mikirin makna LIBURAN yang ada dalam LABIRIN, mending cepet tidur, karena besok udah SENIN 😁😁.

    It doesn't mean anything, just a joke. Sekedar sarkas, kali aja bikin otak (gue) makin waras :) 

    Posting Komentar