3-latest-65px
Diari Gunarti
Diari Gunarti

Single Mom Bukan Objek Seks: Begini Cara Menghindari Godaan Pria "Nakal" di Sosmed Lewat Chat Mesum

Artikel ini membagikan pengalaman nyata serta cara elegan menghindari godaan "nakal" pria-pria iseng di sosial media dan whatsapp lewat chatt mesum.
Daftar Isi [Tampil]

     

    thumbnail artikel blog single mom bukan objek seks: cara menghindari pria nakal di sosial media"


             “Katanya cuma iseng... tapi kenapa rasanya kayak dilucuti harga diri ini?”

    Aku seorang single mom. Kalian pasti paham, menyandang status ini aja udah cukup berat buat dijalani. Tapi… entah kenapa, jadi single mom setelah ditinggal almarhum suami bukannya membuatku merasa dipahami atau dimengerti, tapi malah jadi semacam “label undangan” buat pria-pria iseng untuk merendakan dan melecehkan statusku.

    Bagaimana tidak? Disaat posisiku sedang mengalami banyak sekali tekanan dan kesulitan, ada aja yang masih suka kirim-kirim pesan atau chat mesum, ada yang minta pap begituan dengan imbalan uang, atau bahkan ngajak voice call dan video call yang gak sopan.

    Awalnya, aku masih coba maklumi. Kadang aku tanggapi dengan candaan, kadang juga bersikap cuek dan dingin. Tapi lama-lama… aku sadar, ini gak bisa dibiarkan. Aku harus bisa bersikap dan bersuara lebih tegas.


    Pengalaman Pahit yang Terulang Lagi dan Lagi

    Entah kapan dan dari mana mulanya mereka_pria-pria iseng ini datang mengganggu kenyamanan dan privasiku, yang aku tahu biasanya mereka itu:

    • Teman lama yang tiba-tiba datang baik di dunia maya maupun dunia nyata.

    • Kenalan baru, atau beberapa follower dan audiens di sosmed, yang awalnya dm atau inbox dengan sopan—menawarkan obrolan sehat dan hubungan pertemanan yang baik.

    • Rekan bisnis atau klien yang awalnya profesional, tapi lama-lama berubah jadi genit.

    Mulanya mereka ngajak ngobrol biasa, chatt seadanya sekedar nanya kabar, say hello atau basa-basi. Tapi makin lama, ketika aku bersikap ramah dan welcome, mereka mulai menggoda dengan bahasa candaan yang sedikit genit, seperti yang sudah aku sampaikan sebelumnya, permintaan mereka pun makin aneh-aneh dan berani. Contohnya:

    "Pap malam ini dong, mumpung cuaca mendukung, buat teman tidur.”
    "Bisa nggak nemenin aku tidur lewat VC? Nanti aku transfer dana buat beli kuota."
    "Aku tahu kok... kamu pasti butuh dimanja, kan? Santai aja, kita have fun malam ini, gak usah baper."

    Dan masih banyak lagi chat-chat senada yang mungkin mereka pikir ini hal biasa, mereka pikir ini akan membuatku terbang melayang, tapi menurutku ini sangat membosankan bahkan menjijikkan.

    Kalau obrolan sudah mulai ngelantur seperti tadi, aku cuma bisa diam, bersikap dingin dan cuek atau membalas chatt mereka se kena nya saja, membalas dengan emoji atau sticker lucu untuk menutup obrolan tadi. 

    Jujur, kesel banget sih... tapi tetap berusaha untuk menahan amarah. Aku berusaha bersikap santai, biasa aja, seolah aku gak ke-trigger dengan semua ulah mereka.

    Karena… ya gimana ya? Kita ini ibu-ibu kan, single mom pulak? Kadang takut atau gak enak dibilang lebay. Takut dianggap childish. Takut merusak hubungan pertemanan yang udah terlanjur baik. Takut jadi bahan omongan. Takut dibilang naif atau munafik. 

    Padahal tadinya aku berharap kehadiran mereka bisa sedikit membuat hari-hari ku yang terasa berat dan membosankan jadi sedikit lebih ringan dan berwarna.

    Meskipun aku sendiri tipe orang yang asik, humoris, fleksibel, dan welcome banget buat ngobrol apa aja. Tapi… obrolan mesum, genit dan terkesan murahan seperti tadi justru membuatku merasa ill feel alias kehilangan mood, ini juga berlaku untuk pasangan atau teman dekat.


    Aku Sadar, Mereka Hanya Mengincar Statusku

    Aku sadar, dan aku tahu persis... bahwa apa yang mereka lakukan kepadaku bukan karena aku cantik, seksi, menarik atau suka kecentilan di dunia maya atau sosial media. 

    Bukan!!!

    Tapi karena mereka melihat statusku sebagai seorang janda—seorang single mom, yang kebetulan sudah cukup lama menjalani hidup sendiri. Mereka pikir, aku pasti kesepian... dan menganggap aku akan mudah tergoda dengan obrolan tentang seks seperti chatt mesum tadi.

    Namun, yang mereka gak pernah tahu dan sadari adalah… aku ini sedang lelah. Aku sedang berusaha bangkit dan pulih dari banyak hal yang telah menorehkan banyak luka dalam hidupku.

    Ya, jujur… di posisiku seperti ini, aku memang butuh teman. Tapi bukan teman untuk sekedar having fun. Tapi lebih dari itu, teman yang mengerti dan memahami apa yang sedang aku butuhkan dan ini lebih dari sekedar "hiburan murahan" atau bersenang-senang tanpa arah dan tujuan seperti yang mereka tawarkan.


    Aku Punya Hak untuk Menolak

    Seperti yang aku katakan tadi, awalnya aku bisa bersikap dingin, cuek atau biasa aja meresponi perlakuan iseng mereka. Tapi, semakin kita cuek ada juga yang semakin ngelunjak bahkan menjadi jadi.

    Akhirnya, aku mulai berpikir dan bersikap tegas, belajar berkata "TIDAK" kepada mereka yang sudah melampaui batas.

    "Maaf, aku gak nyaman dan gak tertarik dengan hal kayak gitu."
    “Sorry aku gak butuh begituan buat having fun.”
    “Aku bukan pelarian dari rumah tanggamu yang membosankan.”


    Beberapa dari mereka bahkan sudah aku blokir kontaknya. Ada yang aku arsipkan, atau aku bisukan notifikasi chat-nya, bahkan aku juga sudah hapus atau laporkan kontaknya langsung.

    Aku gak mau lagi buang waktu buat hal-hal yang gak sehat dan gak bermanfaat dalam hidupku.

    Kenapa aku melakukan semua itu?

    Karena aku terlalu sayang sama diriku sendiri, aku tahu siapa dan bagaimana diriku lebih dari mereka mengenalku. Sehingga aku tahu apa yang harus aku lakukan.
    Aku belajar bahwa:

    • Tegas itu bukan berarti galak, sombong atau arogan, tetapi sebagai bentuk melindungi diri kita dari perlakuan tidak menyenangkan.
    • Berani berkata tidak itu juga salah satu cara kita mencintai diri sendiri.
    • Membuang rasa "gak enakan" terhadap siapapun yang tidak berkontribusi apapun dalam hidup kita itu bukan sesuatu yang "salah", jadi jangan takut untuk menolak sesuatu yang memang tidak bermanfaat bagi kelangsungan hidup kita.



    Dari sinilah, aku mulai belajar mencintai diri sendiri dengan cara yang sederhana, salah satunya menjaga jarak dan membatasi komunikasi dengan orang-orang toksik seperti mereka.


    Tipsku untuk Ibu-Ibu atau Single Mom Lain yang Mungkin Mengalami Hal yang Serupa

    Apa yang aku alami dan ceritakan di atas adalah salah satu bentuk tindakan pelecehan yang jika dibiarkan tidak menutup kemungkinan akan merembet menjadi kasus kejahatan di dunia maya (ciber crime). Jadi... tidak ada salahnya kita mengantisipasi masalah ini sejak awal. 

    Lalu bagaimana kita menghadapi pria-pria iseng yang suka minta hal-hal aneh seperti pap foto syur, chat seks, phone sex, atau VC seks di WhatsApp, berikut tips dan trik yang bisa aku bagikan untuk  menghadapi situasi dan orang-orang seperti mereka:

    1. Tetapkan Batasan Sejak Awal

    Kamu punya hak penuh atas tubuh dan privasimu. Katakan dengan tegas dan jelas:"Maaf, aku gak nyaman dan gak tertarik dengan hal kayak gitu." Hindari membalas dengan bercanda karena mereka bisa menganggap itu sebagai "lampu hijau".

     

    2. Jangan Pernah Merasa Bersalah

    Kalau kamu menolak, dan dia malah bilang kamu lebay, gak asik, atau gak dewasa — itu manipulasi emosional. Kamu gak salah menjaga diri. Justru dia yang salah karena melanggar batasan etika, sopan santun dan kenyamanan orang lain.


    3. Jangan Pernah Kirim Foto Syur

    Meski kamu percaya atau dia janji gak akan sebarin, jangan pernah kirim. Dunia digital itu riskan banget. Banyak kasus foto tersebar dan dijadikan alat buat memeras atau mengancam, inilah yang aku maksud dengan "kejahatan" di dunia maya (cyber crime) tadi. Ingat: sekali tersebar, susah ditarik kembali.


    4. Blokir Jika Diperlukan

    Kalau dia tetap ngeyel dan makin parah:

    • Blokir nomor WA-nya.
    • Hapus riwayat chat jika isinya mengganggu mentalmu.
    • Jangan merasa harus menjelaskan atau minta maaf karena ngeblok.


    5. Jangan Terjebak Rayuan dan Janji Manis

    Mereka bisa pakai trik seperti:

    "Aku sayang kamu, makanya pengen lebih intim..."

    "Kalau kamu beneran suka aku, kirim dong dikit aja..."

    Ingat, Ini bukan cinta, tapi ini bentuk manipulasi.


     6. Cerita ke Teman Terpercaya

    Jangan simpan sendirian kalau kamu udah mulai ngerasa risih, takut, atau tertekan. Cerita ke teman dekat, kakak, atau siapapun yang bisa kasih kamu dukungan. Kadang kita butuh suara dari luar buat menyadarkan kita kalau ini memang bentuk pelecehan online, bahwa ini telah mengganggu batasan kita sebagai perempuan, khususnya single mom.


    7. Dokumentasikan Jika Perlu

    Kalau kalian merasa dilecehkan secara serius: 

    • Kalian bisa screenshot chat / permintaan tak senonoh dari mereka dan simpan ini sebagai bukti digital.
    • Kalian bisa lapor ke pihak berwajib atau lembaga yang concern soal kekerasan berbasis gender online (KBGO), seperti SAFEnet atau Komnas Perempuan.


    8. Jaga ruang digitalmu.

    Batasi akses mereka lewat DM, kolom komentar, bahkan status kalau perlu. Kita yang punya kendali atas siapa yang masuk ke ruang privasi kita.


    Untuk Pria-Pria Iseng yang Mungkin Baca Ini…

    Kami para single mom, bukan objek pelampiasan hasrat kalian.
    Kami bukan perempuan yang bisa kalian goda sesuka hati hanya karena status kami “masih sendiri”.

    Tolong pahami dan mengerti...

    Kami punya luka yang sedang kami rawat.
    Kami punya impian yang sedang kami rajut pelan-pelan.
    Kami punya anak-anak yang kami besarkan sendirian, dengan segenap cinta dan air mata.
    Kami sedang mengumpulkan kekuatan untuk sembuh... sendirian.
    Kami ingin tetap berdiri tegak, tanpa merasa jadi beban, apalagi dimanfaatkan.

    Dan ya, kami punya harga diri.
    Walau hidup kami gak sempurna. Walau masih banyak kekurangan di sana-sini.

    Jika kami membuka diri, ini bukan karena kesepian semata. Tapi karena kami masih punya harapan—akan adanya teman sejati, ruang yang aman, dan dukungan yang tulus di luar sana.
    Bukan teman pengisi kekosongan sesaat, bukan juga hiburan murah meriah yang hanya menyisakan "sampah" setelahnya.


    Moms..., Kalian Gak Sendirian

    Aku nulis ini bukan buat cari perhatian, bukan juga sekadar curhat lebay atau umbar cerita murahan. Aku tulis ini karena aku tahu, di luar sana ada banyak ibu, perempuan, janda, single mom, bahkan anak muda... yang mungkin pernah merasa dilecehkan secara online.

    Di era serba digital ini, penting banget buat kita tahu: bahwa kita gak sendirian.
    Kita berhak bicara. Kita berhak marah dan bersikap tegas.
    Kita juga berhak merasa aman, nyaman, dan dihargai — apapun status kita.

    Dan semoga suatu hari nanti, dunia digital bisa jadi tempat yang lebih ramah, sehat, dan aman buat kita semua.

    “Respect is the bare minimum. If someone can't even give you that, they don't deserve a space in your life.
     

    Rasa hormat adalah hal yang paling mendasar. Jika seseorang tidak bisa memberikan rasa hormat, mereka tidak pantas mendapatkan tempat dalam hidupmu.”

    Sampai saat itu tiba, yuk kita saling jaga. Jaga diri, dan jaga satu sama lain 🤍

    Kalau kalian punya cerita serupa, boleh banget tulis di kolom komentar ya. Kita saling berbagi di sini, saling menguatkan. Dan kalau kamu merasa artikel ini bermanfaat, tolong share ke keluarga, teman, sahabat sesama perempuan.

    Ingat: suara kita bisa jadi penyambung lidah... dan pelindung bagi mereka yang belum berani bersuara.


    Salam,
    Yohana Gunarti Signature


    Posting Komentar

    Jangan lupa tinggalkan komentar ya, aku akan sangat senang berdiskusi dengan kalian